MAKAN KEMANA KITA HARI INI?
Pertanyaan di atas cukup sering
kita dengar.Makan ke mana nih kita? Wisata kuliner, coba-coba makanan
baru, terasa asyiknya. Begitu pun di akhir pekan, banyak dari kita,
sibuk untuk memilih resto yang baru, keren, dengan menu andalan yang
super enak.
Makan gitu lho, siapa yang tidak suka?
Hari itu Tika ingin mencoba restoran baru yang dia tahu dari sahabatnya. Bersama
keluarganya, suami dan kedua anaknya yang lucu-lucu, Tika menuju ke
restoran yang menawarkan makanan asal Padang yang super lezat itu. Di
depan restoran, mata Tika tertuju pada seorang anak kecil yang dekil.
Segera, dengan refleks… Tika menarik tangan kedua anaknya, Shinta dan
Shanti yang kembar dan berusia hampir 7 tahun untuk segera menyingkir
pergi dari Si Anak Pengemis itu. Tetapi, suara rintihannya yang memelas
menarik perhatiannya.
“ Kasihan, Bu… Sudah tiga hari belum
makan!” Namun dia akhirnya memilih untuk tak mempedulikannya, lalu
melenggang masuk ke restoran.
Tika masuk ke restoran, duduk di
meja sudut yang berbatasan dengan jendela kaca. Dari situ, ia masih
memandang keluar, ke arah pengemis itu. Anak-anaknya sibuk main game dan
iPad. Mereka tak lagi memperhatikan kondisi sekitar. Sementara suaminya
juga disibukkan dengan
Blackberry-nya. Bahkan dari dua hari
yang lalu, dia sudah mempersiapkan restoran ini. Dia sudah bilang ke
suaminya, “ Papa ada rencana mau makan ke mana
weekend ini, Pa? Kalau tidak, ke resto yang temen mama rekomendasiin, ya!”
Dipandanginya Anak Pengemis itu.
Ia tengah mengais-ngais tempat sampah di depan restoran tersebut. Tak
lagi ia mencoba bertanya kepada para pengunjung dan minta dikasihani
mereka. Sepertinya, dia sudah sangat kelaparan. Mungkin, dia belum
kebagian jatah makan siangnya. Konon kabarnya, beberapa pengemis pun
diorganisir untuk kemudian uang hasil mengemis itu dikumpulkan kepada
seorang bos. Ah, entahlah. Tika tak mau ambil pusing dengan hal itu.
Yang jelas hari ini, dia kehilangan selera makannya. Padahal mereka
sudah pesan lengkap kap kap semuanya. Rendang, daun ubi, sambal hijau,
ayam pop… Whoaaaa, semua sudah sempurna. Sudah terhidang di meja.
Tinggal sikat saja…
Diambilnya nasi yang ada di
piringnya. Nasi yang belum sempat dimakannya sama sekali. Diambilnya
pula sepotong paha ayam dan rendang. Lalu diberikannya kepada pelayan
restoran.
“ Tolong yang ini dibungkus, ya Pak!”
Setelah dibungkus, diberikan lagi kepada Tika oleh Si Pelayan. Bergegas
dia keluar, menghampiri Si Anak Pengemis yang tengah makan roti yang
sebagian besar sudah berwarna kehitaman. Yang jelas, bukan diolesi selai
blueberry. Tapi karena roti itu sudah berjamur…Sedih sekali
hatinya melihat hal itu. Dia merasa tidak enak hati karena sudah berlaku
agak kasar tadi. Untung, segera ia tersadarkan… Lalu, berbalik
membungkuskan nasi untuk Si Anak.
Binar matanya dan ucapan terima kasih Si Anak, takkan pernah dia lupa… Beginikah indahnya berbagi?
***
Di malam hari, sesaat sesudah semua anggota keluarganya tertidur lelap…
Dia menyempatkan diri melakukan kilas balik atas kejadian hari itu. Di
saat orang sibuk bertanya (termasuk dirinya), hari ini mau makan apa?
Atau hari ini makan ke mana? Begitu banyak orang di luar sana yang
bergumul dengan pertanyaan: “ Hari ini, apa kita masih bisa makan, ya?”
Ah, betapa rasa syukur itu begitu langka! Sering Tika membuang makanan
tanpa memikirkan mereka yang berkekurangan. Sering di pesta-pesta, Tika
melihat begitu banyak orang pesan berlimpah-limpah lalu bersisa banyak.
Mungkin demi gengsi, biar terlihat berkecukupan? Entahlah… Sebagai tamu
di pesta, Tika menikmatinya. Tetapi, setelah kejadian siang tadi, ia
merasa tertampar juga…
Air matanya bergulir di pipi.
“Tuhan, ajari aku mau berbagi. Juga tidak lagi menyia-nyiakan makanan.
Mumpung masih cukup muda dan masih bisa makan enak, bukan jaminan kalau
selamanya bisa makan enak. Masih banyak yang tidak tahu hari ini bisa
makan atau tidak. Maafkan aku, Tuhan,” bisik lirih dari bibirnya…
Hari itu dia berencana mengunjungi panti asuhan balita dan anak-anak
saat Shanti dan Shinta ulang tahun, satu bulan ke depan. Akan dibawanya
nasi kotak dan kue-kue untuk mereka. Juga, akan disumbangkannya nasi
kotak bagi mereka yang berkekurangan, seperti Si Pengemis kecil itu
tadi. Tika tidak tahu apa yang ia lakukan ini akan berguna untuk jangka
panjang atau tidak. Karena hanya itulah yang bisa ia lakukan saat ini.
Sambil suatu hari ini, jika ia memiliki dana lebih dan partner yang
sejalan/satu visi, ingin dididiknya anak-anak jalanan itu untuk mandiri
dan memiliki ketrampilan untuk bertahan hidup dari mencari uang yang
halal.
Segala sesuatu bisa terjadi di depan mata kita, tetapi akankah kita jeli dan mau melakukan sesuatu demi kebaikan?
Hari itu, Tika berkata, “ Ya,” untuk perubahan sikap dalam dirinya. Ia
mengikuti gerakan hatinya untuk berbagi…Bahkan membawanya dalam doa
malamnya yang berwujud gerakan berbagi yang lebih besar sesuai dengan
kesanggupan dan kemampuannya saat itu. Dan dia berdoa, agar niat di
dalam hatinya direstui oleh Yang Kuasa.
Lalu, bagaimana dengan kita?
Semoga di lubuk hati sanubari kita, kita temukan jawabannya…
sumber : setitikembuninspirasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar