Jumat, 26 Agustus 2011
Nikmat mana lagi yang engkau dustakan
Kenikmatan yang Allah telah berikan
kepada kita semua sungguh sangat luar
biasa, dan sesungguhnya apabila lautan
yang terhampar luas dijadikan tinta untuk
menghitung nikmat Allah tentunya tidak
akan mampu untuk menghitung
banyaknya nikmat Allah yang telah
diberikan Kepada kita semua, ketika kita
berbicara tentang pernafasan kita,
seandainya kita tidak dapat bernafas dan
memerlukan Alat bantu pernafasan atau
semacam Oxican yang harganya berkisar
Rp.21.500/Botol dan digunakan sekali
pakai setara 2,5 Menit, tentunya kalau kita
hitung sehari saja habis Rp.216.000
seandainya alat itu kita gunakan dari lahir
tentunya kalau kita kaliakan dengan berapa
banyak Umur kita sekarang mungkin kita
akan tercengngang melihat hasilnya karena
terlalu banyak sekali, dan ini / pernafasan
kita ini Allah telah memberikanya gratis
kepada kita, apakah wajar kalau Allah
meminta kita untuk bersukur kepada-Nya ?
dan tentunya sangat wajar sekali, itu baru
sekedar pernafasan yang kita bicarakan,
kita belum membicarakan Bagaimana
kenikmatan mata kita ? kenikmatan
telingga, alat peraba kita, Umur kita dan
masih banyak kenikmatan yang Allah
berikan kepada kita semua, dan itu Allah
berikan kepada kita semua dengan Gratis,
sekali lagi itu gratis dan Allah hanya
meminta kita untuk bersukur dengan cara
beribadah kepada-Nya, dan itu wajar sekali
karena kita adalah ciptaanya.
Didalam surat Ar-Rahman Allah telah
mengulanggi beberapa kali ayat yang
artinya Nikmat mana lagi yang engkau
dustakan ? Nikmat mana lagi yang engkau
dustakan ? Nikmat mana lagi yang engkau
dustakan ?
"(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah
mengajarkan Al Qur'an. Dia menciptakan
manusia, Mengajarnya pandai berbicara.
Matahari dan bulan (beredar) menurut
perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan
pohon-pohonan kedua-duanya tunduk
kepada-Nya. Dan Allah telah meninggikan
langit dan Dia meletakkan neraca
(keadilan). Supaya kamu jangan melampaui
batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah
timbangan itu dengan adil dan janganlah
kamu mengurangi neraca itu.
Dan Allah telah meratakan bumi untuk
makhluk (Nya). di bumi itu ada buah-
buahan dan pohon kurma yang
mempunyai kelopak mayang. Dan biji-
bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang
harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu
yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S.
Ar-Rahman 55:1-13)
Satu hal yang menarik dari kandungan
surat ar-Rahman adalah adanya
pengulangan satu ayat yang berbunyi
"fabiayyi alai rabbikuma tukadziban" (Maka
ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan?). Kalimat ini diulang
berkali-kali dalam surat ini. Apa gerangan
makna kalimat tersebut?
Surat ar-Rahman adalah surat yang
memuat retorika yang amat tinggi dari
Allah. Setelah Allah menguraikan beberapa
ni'mat yang dianugerahkan kepada kita,
Allah bertanya: "Maka ni'mat Tuhan kamu
yang manakah yang kamu dustakan?".
Allah ingin menunjukkan bahwa nikmat
yang Allah berikan kepada manusia itu
tidak bisa diingakari keberadaannya oleh
manusia. Yang bisa dilakukan oleh manusia
adalah mendustakannya. Dusta berarti
menyembunyikan kebenaran. Manusia
sebenarnya tahu bahwa mereka telah
diberi nikmat oleh Allah, tapi mereka
menyembunyikan kebenaran itu; mereka
mendustakannya! dan berkhianat.
Kata pengulangan "Maka nikmat Tuhan
yang mana lagi yang kita dustakan!!",
perlulah kiranya direnungkan mendalam.
Bagi yang telah bergelimang kenikmatan,
telah penuh pundi-pundi uang, telah
berderet gelar di kartu nama, telah berjejer
mobil di garasi, ingatlah-baik akan apa
yang didustakan atau tidak semua ni'mat
yang peroleh hari ini akan ditanya oleh
Allah nanti di hari kiamat!. Dihari dimana
semua manusia dimintakan pertanggung
jawaban atas semua harta benda,
kepemimpinan dan semua titipan yang
diberikan kepada kita!.
"Sungguh kamu pasti akan ditanya pada
hari itu akan nikmat yang kamu peroleh
saat ini" (Q.S At Takatsur 102: 8)
Dari perjalanan penulisan artikel diatas
tentunya sanagat wajar sekali ketika kita
umat islam menginginkan penerapan
sayariat isalam secara kaffah di dalam
sendi-sendi kehidupan yang merupakan
wujud syukur, kecintaan dan ketunduan
kita terhadap Allah Sang Pencipta kita.
Waallahu A’lam
(Achmad Effendi, Bkldk Tuban)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar